TARIAN PENJEMPUTAN WILAYA MEEPAGO



TARIAN PENJEMPUTAN WILAYA MEEPAGO ATAU DAERAH PANIAI
TARIAN SUANGKI
KOPER MEEPAGO (Komunotas Persaudaraan).


a.      Pengantar dan sejarah singkat tarian penjemputan

Kita kenal bahwa Papua adalah salah satu provisi yang terkenal dan kaya dengan budaya di Indonesia dan dunia pada umumnya. Budaya di Papua lebih banyak dari pada daerah-daerah lain di dunia. Karena, sesuai  suku adat yang ada, sekitar 150an suku demikian pula banyaknya budaya yang ada di Papua. Diantara budaya-budaya tersebut salah satu yang paling menonjol adalah tarian.  Tarian juga lebih dari banyaknya suku yang ada di Papua, karena dalam satu suku saja terdapat banyak tarian. Ada  tarian tertentu yang mempunyai nama umum seperti: Tarian perdamaian, inisisasi, penjemputan dll. 


Papua di daerah Meeuwo didee dan moni ogogo (daerah paniai dan Intan jaya) secara geografis hanya satu daerah. Sebagai perbatasan hanya ada gunung Magatagga. Kedua suku ini budayanya tidak berbeda jauh. Sangat mirip bahkan ada yang sama. Oleh karena itu, dalam rangka memperingati hut pendidikan nasional 2 Mei 2016. Kami perwakilan Meepago juga berpartisipasi dalam memeriakan hut pendidikan nasiaonal, ini merupkan rasa syukur gegembiraan dan sukacita kami bagi para pahalawan pendidikan. Karena, perjuangan dan pegorbanan mereka, kami boleh belajar dengn baik seperti kini semesti adanya.
 Tarian yang dibawakan ini adalah (Mee Ebukai Idegaydama) tarian penjemputan asal Meepago (Paniai). Tarian penjemputan ini, salah satu tarian adat yang di wariskan oleh nenek moyang Meepago. Tradisi tarian penjemputan ini pada awalnya, masyarakat adat Meepago melakonkan ketika ada acara-acara besar  yang mengundang masyarakat  daerah tetangga. Melakonkan untuk menjemput tamu atau orang yang dianggap terhormat (tonowy) bagi mereka. Seprti acara Yuwoo “Mee/ Paniai” atau acara persaudaraan.  
Namun pada 1932-1934 masuknya Mgr. Herman Tillemans M.Sc (Misionaris pertam pegunungan tengah Papua)  bersama Auki Tekege  sebagai Perintis Agama, masyarakat adat Meepago menjemput dengan tari-tarian. Tarian ini merupakan salah satu tarian yang disegani oleh delegasi Mgr. Herman Tillemans dalam penjemputannya, dan itu merupakan pertama kali  tarian ini telah dideklarasikan untuk menerima tamu (Pejabat) baik pejabat gereja maupun pejapabat pemerintahan. Kemudian, tarian ini telah menjadikan tarian penjemputan pavorit bagi masyarakat adat Meepago. Tarian ini secara harafiah mengandung makna, inti dan tujuan bahwa untuk bergembira, sukacita dan damai atas kedatangan orang terhormat tersebut. Mereka melalui tarian ini menciptakan suasana kegembiraan, sukacita dan damai serta persaudaraan. Melalui tarian ini pula masyarakat Meepago menyikat tali solidaritas sebagai makhluk sosial. 
b. Medentifikasi tarian itu sendiri.       
Menurut fungksi dan maknanya Tarian penjemputan ini, dapat dibagi dalam beberapa bagian seperti yang kita menyaksikan bersama.
v  Wohaa (Tombak) dan Ukaa Mapegaa (Anak Panah)
Anak Panah dan tombak merupakan symbol kejantanan, keperkasaan, keberanian, kesiap-siagaan bagi seorang pria Meepago dan juga symbol keamanan, ketertibaan dan perdamaian. Tombak dan  Anak Panah hanya ada fungsi yang sama yakni: mengatur dan mengamankan acara tersebut, agar acara berjalan dengan nyaman, aman, dan baik. Selain fungsi tersebut ada pula fungus lain, bahwa Mohaa-Mapegaa merupakan alat untuk berburuh atau mencari nafkah dan alat (senjata) untuk menjaga diri.
Tari dengan anak Panah dan tombak untuk mendamaikan di antara tuan tanah dan tamu  serta mengusir setan atau roh yang jahat. Agar tamu tersebut terlindung dari segala yang jahat baginya dan  kunjungannya bisa terlaksana sesuai harapan yang diharapkannya.
v  Kyduw atau Begauuwa, Tunee dan Gaydai (Menari )
Tunee, gaydai (menari) dan Kidu atau Begauwa merupakan symbol kegembiraan, sukacita dan damai. Oleh karena itu orang Meepago mengatakan “Idegaidai tupee wanima, woha mapega tunee begauwaama niebukay” artinya: Mari kita jemput dan menerima dengan tari dan nyanyi, syukur dan puji, kegembiraan dan sukacita dalam damaj Kristus”, Ini merupakan unggapan keterbukaan dan kesediaan menerima tamu tersebut. 
Khusus (Gaidai) menari menurut fungsi dan tujuan dapat dipagi menjadi tiga yaitu;
ü  Amaduai (tarian susu):
Symbol rasa kemanusiaan dan merupakan tanda menerima dengan hati nurani. Masyarakat Meepago melihat sesama merupakan gamabaran lain tenntang dirinya. Artinya manusia adalah sama dan satu dalam Kristus Yesus, sebab manusia diciptakan oleh UgataaMee atau Sang Pencipta yang satu dan sama.  
ü  Paihai:
Merupakan symbol solidaritas dan tanda menerima tamu tersebut sebagai saudara. Bagi masyarakat Meepago, sesama merupakan saudara.
ü  Keteegaida (menari samping):
            Merupakan symbol kekeluargaan dan tari tersebut sebagai tanda menerima tamu tersebut sebagai keluarga atau salah satu dari mereka. Aartinya manusia adalah satu keluarga, (keluarga Allah) yang tidak pernah dan tidak akan ada yang  dibeda-bedakan,  sebab Tuhn telah mempersatukan dan menjadi satu keluarga melalui pembabtisan.  Tamu tersebut merupakan bagian dari mereka.

v  Adamaa pugaa ( berperang sebagai orang tua)
Ini merupakan symbol orang-orang tua yang tidak hadir dalam acara tersebut yang tak mampu beraktifitas karena sudah lanjutnya usianya, dan merupakan tanda kehadiran para orang tua yang lanjut usianya dan merupakan tanda terima dari kalangan para tua. Agar tamu tersebut merasa bahwa dia diterima oleh seluru masyarakat setempat.

v  Nyanyian sambil bernyanyi (inti penerimaan)
Nyanyian yang diiringi sambil jalan, ini merupakan kata-kata yang mengandung makna dan inti cara tersebut. Pada umumnya nyanyian tersebut merupakan rasa syukur, kegembiraan dan sukacita. Selai itu, kadang mengunggapkan unggapan permohona mereka kepada Tuhan melalui tamu tersebut agar tujuan kunjungan tersebut menjadi berkat bagi masyarakat setempat demi kelansungan hidup mereka.  
Penutup
Biasanya, tarian penjemputan ini diakhiri dengan sambutan dari Tonowy atau kepala suku dan  ramatama. Sebelum tamu datang mestinya masyarakat, menyiapkan mkanan. Sangat unik cara resepsi masyarakat adat Meepago, mereke duduk bentuk linkarang membagi makanan barapen yang disiapkan. Sambail makan sharing kembali kedatangan tamu tersebut menerut pendapat masin-masing dan tanda serta mimpi mereka atas kedatangan tamu tersemut. Tua-tua adat biasa mempredisi dan terjemakan tanda-tanda yang terjadi ketika acara penjemputan berlansung. Penenerjemahan mereka biasanya benar.  
Demikian acara Ebukai atau tarian penjemputan asal Meepago. Semoga acara ini menyikat persaudaraan kita sebagai komunitas TB yang peduli terhadap budaya dan cinta serta menghargai bedaya sesama.   Pesan yang disampaikan adalah sesama adalah saudara bukan musuh dan dimanapun kita berada, kita menerima sesam dengan terbuka, kegembiraan, sukacita dan damai.   sebagi diri kita yang lain. Sebab menerut Roh kita adalah satu dan sama. Perbadaan fisik bukan mau membedakan melain kaunikan ciptaan Tuhan. 
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh guru teristimewa kepala sekolah yang telah menyelenggarakan acara ini atas sadar pentingnya melestarikan budaya, yang mana menjadi identitas dan integritas bangsa dan Negara. Semoga upaya ini akan diteruskan, agar generasi muda bukan saja belajar tentang budaya melainkan tetap terus-menerus belajar budaya.
   Tuhan Yesus Memberkati. 



Jayapura, 02 Mei 2016




Petrus O. Boga        
 

Related Posts:

0 Response to "TARIAN PENJEMPUTAN WILAYA MEEPAGO"

Posting Komentar