BAKAR BATU atau BARAPEN (CARA MASAK PAPORIT RAKYAT PAPUA)

 D:\FOTO\foto budaya\IMG_3275 - Copy.JPGD:\FOTO\foto budaya\IMG_3263 - Copy.JPG
BAKAR BATU atau dikenal dengan barapen (Gapiy/bahasa Mee paniai-Papua) adalah salah satu cara masak pavorit bagi orang pegunungan Papua. Daerah pegunungan Papua yaitu Pegunungan Bintang, Paniai, Wamena, dan Intan Jaya. Bakar batu atau di daerah pesisir Papua dikenal dengan barapen ini ada pula nama lokal yaitu gapiy (Paniai/Mee), upon (Pegunungan Bintang/Ngalum), kirihoqon lusuok olulg (Wamena/Dani), dan gelaijia (Intan Jaya/Moni). Menurut budaya orang pegunungan Papua barapen ini dilakukan ketika bahan basak banyak (Daging) dan ketika ada acara tertentu, seperti: acara pernikahan, inisiasi, perdamaian, persaudaraan dan acara sejenis lainnya.
Cara masak jenis ini dilakukan ketika ada acara. Merupakan salah satu alasannya, bahwa dengan barapen biasanya masak beberapa jenis makanan sekali sesuai banyaknya orang dibandingkan dengan cara masak bakar atau bungkus.  Jika masak dengan cara bakar atau bungkus merepotkan karena harus masak tiga atau empat kali sesuai dengan banyaknya orang, sehingga masyarakat adat pegunungan Papua barapen dilakukan hanya ketika ada acara untuk mempermudah dan mempercepat menyediakan hidangan atau makanan.
Menurut suku adat pegunungan Papua bakar batu dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu  bakar batu dengan cara membuat lubang di tanah sebagai tempat masak dan tanpa membuat lubang di tanah. Pada umumnya, kedua cara ini dilakukan dengan tiga tahapan yang sama yaitu tahapan persiapan, barapen (masak), dan tahapan sajian. Tahapan persiapan, biasanya siapkan bahan pangan, daging, kayu, daun, dan batu. Tahapan bakar batu adalah puncak dari kegiatan  bakar batu itu sendiri. Laki-laki pasang api dan bakar batu atau masak. Tahapan sajian, beberapa laki-laki menyajikan makanan tersebut di atas daun pisang atau alang-alang dan membagikannya. Hal yang membuat berbeda di antara kedua cara barapen ini hanaya proses awal, yaitu bakar batu cara menggali dapat membutuhkan dua tempat yaitu tempat untuk bakar batu atau memanaskan batu dan tempat masak. Tempat masak harus membuat lubang di tanah sedemikin rupa sesuai ukuran banyaknya  bahan pangan yang disiapkan. Sedangkan bakar batu tanpa membuat lubang di tanah, membutuhkan hanya satu tempat. Tempat tersebut digunakan lansung tunggu api untuk memanaskan batu dan juga menjadikan tempat masak. Selain perbedaan ini, kedua cara barapen tersebut teknik masak hanya mempunyai cara yang sama. Kedua cara  bakar batu diidentifikasi sebagai berikut:   
  1. Bakar batu atau bakar batu dengan cara tempat masak membuat lubang di tanah D:\FOTO\foto seminari\foto seminaris\nogei seminarikodo\Photo3903.jpg
 Bakar batu cara ini biasanya dilakukan di wilayah Wamena suku Dani dan Intan Jaya suku Moni. Kedua suku tersebut cara barapen ini yang mereka kenal atau diwariskan oleh leluhurnya.  Sesuai kebiasaan mereka, kedua suku ini bakar batu dilakukan dengan cara sebagai berikut: Pada awalnya mereka bagi tugas, wanita mencari sayur-mayur, ubi-ubian atau keladi, daun pisang, alang-alang dan mengumpukan batu.
Sedangkan pria mencari, memilah, memilih dan mengumpulkan batu, kayu bakar dan jika babi belum potong, pria harus bunuh, bersihkan dan potong babi, serta membuat tunggu api dan lubang tempat bakar batu. Kegiatan ini dilakukan merupakan tahap persiapan. Tahapan kedua adalah bakar batu (masak). Bakar batu merupakan inti dari  bakar batu itu sendiri.  bakar batu cara ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Awalnya, membuat lubang sedemikian rupa. Ukurannya sesuai dengan bahan barapen yang sudah disediakan;
  2. Alas batu dasar lubang tersebut. Kemudian alas alang-alang dan susun batu panas;  
  3. Sesudah itu, alas alang-alang dan daun pisang di atas batu panas tersebut;
  4. Di atas daun pisang susun ubi-ubian (keladi dan petatas)
  5. Kemudian, alas daun di atas ubi-ubian dan susun batu panas
  6. Sesuada itu, alas daun pisang dan susun sayur-sayuran, daging, kemudian  sisipkan batu panas di antara daging-daging;
  7. Akhirnya, Tutup dengan daun dan ditutup rapat dengan batu atau kayu berat;
  8. Tunggu masak durasi waktu (1 jam atau 30 menit) tergantung batu panas yang disisipkan. Siap angkat.

  1. Bakar batu dengan cara tanpa membuat lubang di tanahD:\FOTO\itoka\Photo4169.jpg
Mapia. Sejumlah keluarga sedang menunggu masak masakan bakar batu
Bakar batu atau barapen cara ini biasa dilakukan di daerah Pegunungan Bintang (suku Ngalum) dan Paniai (Suku Mee). Masyarakat adat kedua daerah tersebut, mereka bukan saja mengenal cara barapen ini melainkan mereka mengenal dan sering barapen dengan cara membuat lubang di tanah.
Namun bakar batu atau barapen yang dominan dilakukan kedua suku adalah bakar batu cara tanpa membuat lubang di tanah.  Kedua cara bakar batu ini sama proses kerjanya kecuali proses awal yang berbeda. Barapen cara ini dilakukan dengan  langkah-langkah sebagai berikut.
  1. Pada awalnya, membuat satu tempat berbentuk empat persegi. Pola tersebut dibentuk dengan batang pisang atau kayu. Tempat tersebut merupakan tempat untuk bakar batu atau panaskan batu dan tempat masak;
  2. Kemudian, tempat tersebut susun batu sesuai pola tempat tersebut. Batu yang digunakan adalah batu yang sudah diseleksi/dipilih;
  3. Setelah itu, di atas batu tersebut pasang api;
  4. Ketika bara api semakin besar, masukan batu-batu dalam api. Batu itu untuk sisipkan di antara daging;
  5. Jika babi baru dibunuh, bersihkan buluhnya di api tersebut;
  6. Sementara tunggu batu panas, babi yang sudah dibersikan itu, potong sedemikian rupa.
  7. Setelah batu panas dan kayu yang dibakar habis, pisahkan batu untuk sisipkan di antara daging dengan batu alas yang disusun berbentuk empat persegi tersebut;
  8. Kemudian, di atas batu panas itu alas daun, di atas daun taru ubi-ubian (keladi dan petatas). Setelah itu, alas daun dan taru batu panas. Di atas batu panas alas daun,  susun sayur-sayuran, daging dan sisipkan batu panas yang dibungkus daun di tengah daging-daging.
  9. Akhirnya,  tutup dengan daun dan tindiskan dengan batu atau kayu yang berat agar uap tidak keluar.
  10. Tunggu masak dan siap angkat.
Tahapan ketiga dari kedua cara bakar batu adalah sama. Setelah 1 jam atau 30 menit kemdian bakar batu tersebut angkat dan hidangkan di satu tempat. Sebelum membagikannya, mereka duduk berkelompok. Satu kelompok 5-10 orang. Cara lain adalah duduk bentuk lingkaran. Sebelim makan, kepala suku atau orang yang terhormat setempat memberikan pengarahan atau informasi yang perlu disampaikan kepada masyarakat. Puncak dari barapen adalah makan bersama. Maka sesudah berdoa beberapa orang membagikan makanan itu kepada semua orang yang hadir di situ.
Dalam proses bakar batu ada beberapa hal yang perlu diperhatinan, yakni: Daun dan kayu bakar yang digunakan bakar batu adalah daun dan kayu yang tidak mengakibatkan orang sakit. Batu yang digunakan harus diseleksi ( pilih batu yang kuat dan panas bisa bertahan lama). Bungkusan luar harus  bungkus rapi dan tutup cela-cela kecil untuk melindungi uap  dari dalam bungkusan agar bisa masak cepat. Bahan pangan yang wajib bakar batu adalah keladi dan petatas/ubi, (Karena, kedua makanan ini merupakan makanan pavorit bagi orang penggununan Papua. Tanpa makan keladi mereka tidak kuat beraktivitas. Keladi satu-satunya makanan yang menghidupkan kelangsungan hidup masyarakat penggunungan). Jika bakar batu itu dilakukan di acara tertentu yang tidak diperbolehakan makanan dibawa pulang, maka makanan harus dihabiskan dari tempat acara tersebut dan keladi yang sudah barapen tidak boleh buang. Hal-hal ini merupakan syarat yang harus dilakukan.
Di dalam kegiatan bakar batu ini, masyarakat setempat menerapkan atau memperaktekkan banyak nilai hidup. Nilai-nilai hidup yang mereka terapkan atau lansung praktekan yang boleh kita pelajari adalah nilai demokrasi, musyawara mufakat, gotong-royong, solidaritas atau persaudaraan, kekeluargaan dll. Situasi yang dialami dalam acara barapen adalah suasana kegembiraan, sukacita, dan damai.
Kita tahu bahwa makanan yang wajib barapen atau bakar batu adalah keladi dan petatas atau ubi. Keladi dan petatas adalah makanan pokok masyarakat pegunungan Papua. Keladi adalah satu-satunya makanan yang menghidupkan kelangsungan hidup mereka dan ternak mereka. Keladi biasa dimakan umbi, tangkai daun dan daun mudah atau pucuknya. Menurut masyarat adat pengunungan Papua, daun keladi dan tangkai daun sebagai obat menguatkan fisik dan umbinya adalah kekuatan ampuh untuk bertahan kelangsungan hidup. Oleh karena itu, keladi merupakan bahan utama barapen dalam acara lokal.  ( Petrus Odihaipai Boga/SMA kls. XII jurusan Seni dan bahasa. seminaris)   

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai budayanya. Saya sebagi anak budaya  punya kewajiban untuk meperkenalkan budaya yang diwariskan oleh leluhurku. Saya sebagai anak Papua punya kewajiban untuk melestarikan tradisi dan budaya bangsa Papua yang diwarikan nenek moyang saya; dan punya kewajiban mengupayakan untuk mempertahankan integritas budaya bangsa Papua.
Mari…! Generasi muda bergandeng tangan bersatu hati untuk bersama mengangkat dan melestarikan serta memperkenalkan budaya kita kepada dunia internasional mulai dari teman terdekat kita, agar identitas dan integritas bangsa kita bangsa Melanesia tetap utuh, mutuh dan murnih”!     (Petrus Odih@ipai Boga)


Related Posts:

0 Response to "BAKAR BATU atau BARAPEN (CARA MASAK PAPORIT RAKYAT PAPUA)"

Posting Komentar